Kali ini saya ingin membagikan review/impresi mengenai IEM yang sepertinya sepi peminat tidak terlalu mendapat perhatian ketika rilis, yakni Nicehck DB2. Sebenarnya saya sudah mau menulis sejak menjelang akhir Februari, cuma karena berbagai kesibukan jadi saya baru sempat nulis sekarang. Hitung-hitung saya jadi punya waktu lebih banyak untuk meng-explore plus-minusnya barang yang satu ini.
Nicehck DB2 adalah IEM dengan konfigurasi 1 Dynamic Driver + 1 Balance Armature (1DD+1BA) dan sepertinya dimaksudkan untuk mengisi gap dari DB series yang sebelumnya sudah diisi oleh DB1 dan DB3. IEM ini saya beli melalui PO di CSI ZONE akhir Januari lalu. Terima kasih CSI Zone sudah mendatangkan Mbak Tian Hui yang amat sangat “SuBaRaShii” ini jauh-jauh dari menlen That’s it. Saya mulai saja reviewnya.
[DISCLAIMER]
Tulisan ini bersifat sangat SUBYEKTIF dan dinilai berdasarkan kuping gembel saya yang walapun sudah terbiasa dengan file lossless dan/atau hi-res tapi masih tidak jijik dengerin hengset konter dan file .mp3 di bawah 320kbps (bayangin aja betapa gembel, nista, dan busuknya kuping saya).
Jujur, saya BUKAN Audiophile. Ilmu saya soal audio juga masih cetek, jadi kemungkinan tidak banyak istilah teknis dalam dunia audio yang saya gunakan di sini
Saya tidak pernah terlalu berpatokan pada grafik FR. Walaupun saya tetap menyelipkan beberapa referensi dari FR-nya DB2 yang saya pelajari juga sedikit-sedikit dari reviewer profesional.
Untuk penilaian gaming kompetitif, saya bukan orang yang rajin main atau jago, apalagi sampai level pro player. Saya cuma main game FPS saat benar-benar senggang dan sekali main biasanya cuma 1-3 match, tapi selalu main mode ranked. Jadi penilaian saya di sini adalah dari perspektif player kasual, alih-alih yang kompetitif banget.
[SOURCE]:
HP: Oppo Reno 5.
PC: Desktop Motherboard Asus Prime Z490M Plus, Laptop ROG GL553VE
DAC Dongle: Luxury and Precision W1(cicipan), Tanchjim Space (cicipan), Tanchjim Space Lite, JCally JM7, Creative SXFi
DAP: F.Audio T3.
Player: Hiby music, VLC, Spotify, Youtube Music.
Jenis file: FLAC, WAV, Spotify (.ogg ya?), good’ol .mp3 320kbps.
[PACKAGING]
DB2 menggunakan konsep packaging berwaifu yang sama seperti kakaknya, si DB1. Dalam paket pembeliannya kita akan mendapatkan unit IEMnya sendiri, kabel cooper dengan mic yang disimpan di dalam pouch berbahan kulit sintetis yang solid, 3 (tiga) pasang eartips small bore warna hitam generik, dan 5 (lima) pasang eartips wide(r) bore warna putih opaque ala-ala Acoustune07, berbagai dokumentasi, dan semacam illustration/post cardnya Tian Hui yang cakep dan tentunya “SuBaRaShii”
Untuk detail soal packaging, ukuran eartips, dsb silahkan liat di caption foto yang tersedia.
[BUILD QUALITY]
DB2 mengadopsi bentuk Chi-fi generik seperti yang bisa dijumpai di kebanyakan produk KZ, CCA, atau QKZ tanpa switch. Housing utamanya berbahan Polycarbonate, faceplate berbahan resin, dan list metal di sekitar faceplate serta nozzle berbahan aluminium alloy. Konektornya menggunakan 2-pin 0.78mm dengan housing konektor yang agak menonjol keluar atau istilah lainnya “QDC type-B”. Kabelnya model twisted, berbahan cooper dengan housing jack dan mic berbahan plastik yang agak lunak (kemungkinan POM). Kabelnya sangat ringan, tidak mudah kelilit, dan tidak microphonic.
Untuk detail soal build quality silahkan lihat di caption foto yang tersedia.
[DRIVABILITY]
DB2 sangat mudah diderek. Sebagai referensi, HP OPPO Reno5 saya punya perbedaan volume yang signifikan di step ke-5(50%) dengan step ke-6(60%) sehingga rata-rata IEM ringan (e.g Chu, HMZero) harus setidaknya ada di volume 60% untuk bisa ‘nyanyi’. Suara DB2 di volume 50% sudah bisa setara IEM lain di step 60%. Di F.Audio T3 dia sudah bisa ‘nyanyi’ di volume 65-70%, tergantung kualitas mastering lagu dan kondisi sekitar, tentunya.
—————————————————————————
[IMPRESI SUARA]
DB2 ditest dengan menggunakan kabel bawaan dan tips small bore hitam size M.
Tonal
Kalau hanya melihat dari grafik, tonalnya DB2 bisa dikategorikan sebagai V-shaped. Bassnya fun dan rumbly, vocal yang cukup forward/maju khususnya di upper-mid (female vocal), dan treble yang lumayan smooth.
Bass
Bassnya termasuk yang punya kuantitas cukup besar, kaya ‘aset’nya Tian Hui Bassnya memiliki karakter fun dengan emphasis di mid-bass yang cukup gebuk dengan sedikit boost di bagian sub-bass sehingga rumble/getaran bassnya pun masih kerasa. Basssnya ini juga terbilang masih cukup terkontrol dengan transisi antara bass ke mid yang rapi walaupun terkadang bisa terdengar agak bleeding di lagu-lagu yang rekamannya kasar. Speednya cukupan aja, bukan termasuk yang gesit banget namun tidak bisa dibilang lambat juga. Yang jelas, dia masih bisa keteteran di musik yang ada double pedalnya. TBH, bassnya DB2 sekilas mengingatkan saya dengan Chu 2.
Mid
Main Starnya DB2 menurut kuping gembel saya ini. Vocalnya DB2 relatif cukup maju/forward, again, kaya ‘aset’nya Tian Hui yang besar dan maju menantang Bobot male dan vocalnya juga seimbang, tidak ketebalan maupun ketipisan. Emosinya dapat, artikulasi kata per kata di vocalnya juga jelas. Posisi female vocal lebih maju dibanding male vocal. Cukup intimate dan relatif tidak shouty, mungkin karena ada penurunan di bagian lower treble yang sayangnya, secara tidak langsung ini juga berpengaruh pada resolusi instrumen di bagian mid yang terasa agak kurang. Perlu diperhatikan bahwa soal ‘shoutiness’ ini tentu saja relatif di tiap kuping pengguna. Timbrenya bukan yang istimewa; tidak se-natural atau se-organik Final Audio E1000 atau Heart Mirror Zero yang biasa saya gunakan, misalnya.
Treble
Treblenya sangat smooth dan bebas sibilance, bahkan bisa dibilang kurang enerjik bagi saya yang notabene adalah penyuka treble. Tapi menurut saya pribadi, treblenya belum sampai benar-benar mendem sehingga membuat tonalnya DB2 menjadi terkesan dark/butek. Sensasi ‘ngegigit’ dari gitar listrik, dentingan piano, violin, dsb masih kerasa walaupun memang agak minim dan kurang garang. Sensasi ‘airy’ cass cass cess cessnya juga masih kerasa, nggak sampai terasa buntung.
Teknikalitas
Secara keseluruhan, teknikalitasnya setara dengan kebanyakan IEM di rentang harga 300-400 ribuan (at least, yang pernah saya coba atau miliki). Soundstagenya termasuk cukup baik di kelas harganya. Depth dan heightnya biasa aja, bukan yang tinggi/dalam banget sehingga karakternya memang lebih kerasa meluas secara horizontal (kiri-kanan-depan-belakang-diagonal). Layering dan separasi instrumen cukup rapi walaupun masih bisa keteteran di musik-musik yang memiliki instrumen rame dan tempo yang sangat cepat. Imaging dan positioning sudah cukup jelas dan presisi, nyaris tidak terasa blurry, bahkan untuk di lagu rame atau game kompetitif sekalipun. Clarity dan detailnya cukupan aja tapi tidak sampai di level butek. Kelemahannya DB2 ada di resolusi dan microdetailnya yang terbilang biasa aja di kelasnya, kemungkinan karena treblenya yang sangat smooth tadi.
—————————————————————————
[GAMING, ENTERTAINMENT, dsb]
Karena bassnya yang lumayan menonjol, DB2 ini enak dibawa nonton film-film action yang banyak adegan gelud, ledakan, dan/atau memiliki scoring yang rumbly atau boomy. Di sisi lain, kualitas vocalnya yang maju ini juga enak untuk dipakai mendengarkan media lain yang menekankan vocal seperti podcast, film genre drama/SoL, file listening IELTS/TOEFL, atau bahkan sesuatu yang agak niche kesukaan para pecinta Jejepangan seperti Drama CD, ASMR cewek Jepang ngorek congek, atau “Japanese Audiophile Video” Sebagai catatan, saya bukan “(wibu) penikmat ASMR profesional” yang sampai punya playlist khusus dan/atau koleksi file ASMR seabrek, jadi penilaian saya ini mungkin sifatnya tidak terlalu kritis karena saya lebih mementingkan kualitas recording file audio yang jelas dan nyaman didengar kuping (subyektif) alih-alih nitpicky soal transducer.
.
Saya memasukkan game kompetitif dan non-kompetitif ke dalam pengujian karena saya rasa tidak semua orang termasuk newbie yang mencari iem/earbuds itu cuma main game kompetitif seperti FPS (TL:DR, Gaming =/= FPS only). DB2 masih terbilang all-rounder untuk game non-kompetitif di berbagai genre, khususnya genre action adventure dan RPG dengan open-world. IMHO, tonalnya yang kuat di bass dengan detail yang decent sudah cukup untuk memberi kesan imersif di game yang punya ambience dan environment yang luas. Vocalnya yang maju juga cocok untuk game Visual Novel (VN) atau game yang punya unsur VN. Voice-over karakter dalam game somehow bisa kerasa lebih maju/forward bahkan di game dengan settingan suara default di mana voice-overnya agak tenggelam sama BGM dan sound effect. Misalnya, seperti yang saya rasakan ketika main game Aether Gazer, di mana voice-over karakternya ketika lagi gelud itu kerasa lebih clear, dan emosinya lebih kerasa misalnya desahan dari karakter yang kena serangan atau ekspresi geram ketika karakter kita yang melakukan serangan.
.
DB2 juga enak buat dipakai main game shooting semacam FPS/TPS, dan saat ini DB2 menjadi salah satu IEM utama saya untuk main game kompetitif setelah May dan E1000. Dalam game kompetitif, saya tipe player yang lebih mentingin imaging ketimbang soundstage, dan 3D imaging serta pinpointingnya DB2 menurut saya sudah cukup presisi; Footstep bisa terdengar jelas termasuk step yang secara frekuensi sudah masuk ke midrange seperti step di map ber-terrain metal seperti Iceboxnya Valorants atau kebanyakan mapsnya Apex: Legends. Printilan kaya sound effect skill lawan (e.g arah datang botnya Raze atau Trailblazernya Skye di Valorant) atau suara lawan yang lagi pickup equipment dari arah manapun di berbagai terrain map juga bisa terdengar jelas. Di sisi lain, treblenya yang smooth ini juga cocok bagi yang sensitif dengan suara flashbang atau gunshot karena dia bisa menjinakkan suara gunshot yang terasa nusuk dan melengking dari senjata-senjata tertentu misalnya Guardian dan Bulldog di Valorants, atau berbagai jenis assault rifle di Snowbreak: Containment Zone dan PUBG:Mobile. dsb.
—————————————————————————
[COMPARISON]
Perbandingan hanya dilakukan dengan IEM yang saya sedang miliki saat ini di range harga yang setara agar penilaiannya bersifat lebih komprehensif.
Tanchjim One (default cable & tips wide bore size L)
Tanchjim One memiliki tonal U-shaped agak warm, lebih ‘balanced’ dibandingkan DB2. Bassnya Tanchjim One terasa sedikit lebih dalam karena fokusnya lebih ke mid-bass sedangkan bassnya DB2 terkesan lebih balanced dan all-rounder karena ada boost di bagian sub-bass. One memiliki vocal yang lebih ke tengah dan bahkan bisa kerasa agak mundur di beberapa lagu sedangkan DB2 punya vocal yang cenderung maju khususnya female vocal. Treblenya One juga masih lebih ngecring dan sedikit lebih airy dibanding DB2. Teknikalitas keduanya mirip-mirip, dengan One lebih unggul sedikit di resolusi dan timbre yang lebih natural, DB2 di staging yang sedikit lebih luas.
HZSound Heart Mirror Zero (default cable & tips putih small bore size M)
Si paling hengset konter yang masih jadi salah satu favorit saya saat ini. Zero dan DB2 punya tonal yang nyaris berlawanan. Zero bright, DB2 warm agak v-shaped. DB2 jelas punya sesuatu yang nyaris ghoib di Zero, yaitu (sub) Bass . DB2 punya vocal yang posisinya sedikit lebih maju dan bobot male-female vocal yang lebih seimbang dibanding Zero, tapi female vocalnya Zero somehow lebih sweet. Kebalikan dari bass-nya, treblenya Zero lebih enerjik, lebih ngecring dengan ekstensi yang lebih baik. Teknikalitasnya Zero jelas unggul dari DB2 di segala aspek.
Final Audio E1000 (default tips Final Type E size M)
The real IEM budget pelajar kalau kata brand yang bikin Salah satu daily driver saya saat ini sekaligus ‘benchmark’ saya untuk IEM harga 300-500ribu. E1000 punya tonal yang sangat neutral dan nyaris flat dengan vocal yang intim dan timbre yang lebih natural dibanding DB2. Bass-nya DB2 punya karakter yang lebih fun dan ‘rumbly’, tapi tidak serapi dan se’bulet’ E1000. Vocalnya E1000 tidak semaju DB2 tapi lebih jernih dan natural. Treblenya E1000 tidak se-smooth DB2 dengan ekstensi yang lebih baik. Teknikalitasnya E1000 juga unggul di segala aspek, khususnya clarity dan detail yang menjadi favorit saya dari E1000.
————————————————————————————————————————
[KESIMPULAN]
IMHO, berdasarkan kuping gembel saya yang ‘mainnya kurang jauh’ ini, Nicehck DB2 memiliki price to value yang cukup baik. Untuk suaranya sendiri sepertinya terasa agak niche karena punya emphasis di vocal yang maju dan bass yang gebuk yang sepertinya akan mudah diterima oleh user yang menyukai tonal seperti ini maupun pemula yang baru mau beralih dari earphone konter asal bunyi yang cenderung terlalu bassy/muddy dan ingin merasakan suara yang lebih ‘bener’. Sebaliknya, IEM ini mungkin akan kurang cocok bagi yang suka treble atau teknikalitas yang detail, kecuali kalian orang yang telinganya nggak neko-neko yang bisa suka atau ingin mencari IEM sampingan dengan tonal yang berbeda. Tentu saja ini bukan IEM terbaik di kelasnya. Tapi setidaknya, DB2 bisa dijadikan salah satu alternatif untuk yang mencari karakter suara seperti yang dia miliki (Vocalan + bass yang decent), khususnya di price bracketnya dia.
.
Sebagai penutup saya ingatkan kembali bahwa impresi ini bersifat SANGAT SUBYEKTIF. Penilaian saya mungkin tidak sepenuhnya benar, terutama karena kuping saya tidak sepeka audiophile kebanyakan. Dari beberapa review yang saya lihat, ada yang sepertinya menyukai IEM ini, ada juga yang menganggap IEM ini kaya (maaf) sampah, misalnya Timmy Gizaudio yang sepertinya berpikir demikian di videonya yang berjudul “THEY’RE BACK!!!”. Jadi, seperti biasa, saya sarankan untuk membaca review orang lain juga, bila perlu audisi sendiri kalau ada sample unitnya, dan at the end of the day, seperti biasa: SELALU PERCAYA KUPING SENDIRI.
.
Sekian dari saya, mohon maaf apabila ada kekeliruan atau kesalahan kata dalam penyampaian di atas. Terima kasih yang sudah berkenan membaca sampai akhir. Karena ini sudah tanggal 10 Maret, saya ucapkan selamat melaksanakan hari suci Nyepi dan selamat menunaikan ibadah puasa bagi warga T.A.I yang melaksanakannya. Semoga ibadahnya masing-masing dilancarkan Cheers!
——————————————————————–
[Sample lagu]:
(*): hanya di spotify,
(**): hanya di youtube music,
(***): local file .FLAC. Tidak ada di kedua platform dalam bentuk lagu, tapi ada dalam format video.
Aqours – (Thrilling One Way, Mirai Ticket)
Dragonforce – Through The Fire and Flames.
Endah n Resha – Untuk Dikenang.
For Revenge – Jakarta Hari ini (2021.ver). (*)
Glenn Fredly ft.The Bakuucaakar – Sedih Tak Berhujung (album Live at Lokananta)
Gus Teja – (Morning Happiness, Hero).
Ichiro Mizuki ft.Voyager – Orb no Inori (***)
Kessoku Band – Hitoribocchi Tokyo.
Linkin Park – (Fighting Myself, Lost in The Echo, New Divide).
Lisa – (Gurenge, Crossing Field)
Monster Siren Records ft. various artists – (Control’s Wishes, Misty Memory (Day & Acoustic Version), Radiant, Boiling Blood, 圣城日常 (Guide Ahead lobby theme)).
Nick Arundel – Batman Arkham City Main Theme.
OLDCODEX – Sight Over The Battle.
Richard Marx – Right Here Waiting
Roselia – Firebird.
Sakura-men ft.Hideya Tawada – IZANAGI.
Sawano Hiroyuki – (Unicorn, RX-0, Sternengesang).
Sheila on 7 – (Pejantan Tangguh, Shepia).
Tak Matsumoto – Theme from ULTRAMAN. (***)
Wagakki Band – Senbonzakura.
Yui Ishikawa – Moonlight.
[Sample game]
Aether Gazer, Apex: Legends, Batman Arkham Knight, Call of Duty: Mobile, Ex Astris, Genshin Impact, God Eater: Ressurection, Fate/Stay Night (Visual Novel), PUBG: Mobile, Rise of The Tomb’s Raider, Rewrite (Visual Novel), Snowbreak: Containment Zone, Spider-Man Remastered, Valorant.
[Sample Drama CD]
Mahou Shoujo Madoka Magica CD3: Farewell Story, Persona 3 Portable Drama CD Vol 1&2.
[Sample Buku, untuk latihan listening]
Betsis, Andrew., & Mamas, Lawrence (2013). Succeed in IELTS, Student’s Book: 9 Practice Tests, Global ELT, Sussex, U.K. – listening practice test 1,3, dan 7